Grafis dan text: Agung Budiarto*
Penulis selaku dephead di perusahaan tambang pernah membuat seminar tentang kesehatan kerja yang topiknya tentang bahaya penyakit Hepatitis, saat itu pembicaranya adalah dokter perusahaan yang bernama dr. Handayani, MKK uraian dari seminar tersebut kurang lebih sebagai berikut.
Mengenal Tentang Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit yang menyerang organ hati dimana terjadi proses radang yang menimbulkan gangguan fungsi hati. Hepatitis sebagian besar disebabkan karena proses infeksi (oleh virus hepatitis jenis A hingga G), namun dapat pula diakibatkan oleh proses non infeksi (misalnya perlemakan hati, keracunan zat toksik seperti aflaktoksin dan alkohol, kelainan di luar organ hati seperti batu kandung empedu, dan sebagainya).
Virus Hepatitis
Virus hepatitis telah menyerang sekitar 2 milyar jiwa penduduk dunia, dimana diperkirakan sekitar 400 juta penduduk terkena hepatitis B dan 170 juta jiwa penderita di antaranya menderita hepatitis C. Sekitar 13 juta jiwa di Indonesia mengidap hepatitis B, sedangkan 4 juta jiwa di antaranya mengidap hepatitis C. Indonesia menempati peringkat ke tiga dunia setelah Cina dan India untuk jumlah penderita hepatitis. Hepatitis B semakin sering dijumpai di negara berkembang, dan tingkat penularannya 50-100 kali lebih mudah terjadi dibandingkan penularan HIV. Mereka yang berisiko tinggi untuk mengalami hepatitis B dan C adalah para pemakai jarum suntik bersama dan petugas kesehatan (akibat terpajang darah penderita hepatitis).
Kepedulian Terhadap Hepatitis
Setiap tanggal 28 Juli diperingati sebagai Hari Hepatitis Sedunia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman kita mengenai hepatitis dan faktor penyebabnya. Pada tahun 2014 ini topik yang diusung adalah “THINK AGAIN” (berpikir lagi). Topik ini dipilih karena hepatitis masih kurang dipedulikan, bahkan masih banyak orang yang tidak paham seluk beluk hepatitis. Oleh karenanya pada tahun ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggiatkan para pembuat kebijakan, pekerja kesehatan dan penduduk dunia untuk berpikir lagi tentang penyakit pembunuh ini.
Penyebab Orang Terkena Hepatitis
Hepatitis A dan E umumnya disebabkan karena tertelannya makanan atau minuman yang mengandung virus hepatitis A dan atau E. Sedangkan hepatitis B dan C timbul sebagai akibat adanya kontak dengan cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis, yakni melalui transfusi darah, penularan dari ibu terhadap bayi yang dilahirkannya, ataupun melalui hubungan seksual. Sedangkan penyebab non infeksi tidak berpotensi untuk menularkan ke orang lain dan lebih disebabkan karena kerentanan individu tersebut. Seperti misalnya hepatitis yang timbul akibat perlemakan hati disebabkan karena peningkatan kolesterol dalam darah terkait dengan pola makan yang tidak sehat.
Dampak Penyakit Hepatitis
Sebagian besar orang yang menderita hepatitis pada tahap awal tidak menunjukkan gejala. Gejala yang kerap dilaporkan pasien hepatitis berupa keluhan demam, mudah lelah, mual, muntah disertai nyeri perut terutama bagian kanan atas, kulit dan mata berwarna kuning, badan terasa gatal, serta urin berwarna coklat kehitaman. Pada kasus hepatitis (virus) B dan C, kerusakan hati dapat berlanjut menjadi sirosis hingga kanker hati dimana telah terjadi pengerasan hati dan biasanya timbul komplikasi lain seperti penumpukan cairan di perut dan tungkai bawah penderita.
Penegakan diagnosa hepatitis –terutama akibat virus- dilakukan dengan melakukan pemeriksaan definitif yakni menentukan adanya infeksi virus hepatitis B dan C yakni HBsAg, anti HBS dan HCV. Selain itu dilakukan penilaian fungsi hati melalui pengukuran SGOT dan SGPT. Untuk mengetahui kondisi hati, biasanya juga dilakukan USG abdomen. Pemeriksaan lain dilakukan untuk menunjang diagnosa seperti pemeriksaan leukosit dan laju endap darah untuk mengetahui penyebabnya adalah infeksi, pemeriksaan profil lipid untuk mengetahui adanya peningkatan kadar kolesterol yang dapat menimbulkan perlemakan hati, dan pemeriksaan lainnya.
Badan Pekerja Dunia (ILO) menyerukan kesempatan dan perlakukan yang adil dalam hal pekerjaan dan jabatan tanpa memandang status kesehatan dari si pekerja. Stigma dan informasi yang salah tentang kondisi kesehatan dan jalur penyebaran penyakit menular tidak boleh dibiarkan mempengaruhi keputusan kerja. Bahkan, melalui Surat Edaran Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja RI nomor SE 07/BW/1997 dianjurkan kepada pengusaha untuk tidak menggunakan pemeriksaan hepatitis B sebagai alat seleksi pada pemeriksaan sebelum bekerja maupun berkala. Pengidap hepatitis B yang memiliki nilai laboratorium fungsi hati (SGOT dan SGPT) normal, tidak memiliki masalah dalam melakukan kegiatan sehari-hari termasuk untuk melakukan pekerjaannya. Hanya sedikit yang memiliki gejala kronis yang parah dan mungkin mengganggu stamina dan daya tahan tubuh mereka.
Hepatitis B dapat dicegah yakni dengan mengupayakan terhindar dari cara penularannya. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B. Berikut disampaikan beberapa cara terhindar dari hepatitis sebagaimana yang dianjurkan oleh WHO.
Diharapkan melalui tulisan ini kita diharapkan untuk menjadi lebih waspada adanya bahaya terkena hepatitis B. Hal yang perlu dilakukan adalah menghindari penularan, terutama mencegah terjangkit hepatitis B dan C. Meskipun lingkungan kerja dan jenis pekerjaan Anda tidak berpotensi untuk menularkan hepatitis, namun tetap waspada ancaman hepatitis akibat non infeksi masih dapat terjadi. Terapkanlah pola hidup sehat termasuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Lakukanlah pemeriksaan skrining hepatitis dan fungsi hati secara berkala. Bagi Anda yang berisiko tinggi untuk terkena hepatitis, dapatkan vaksinasi hepatitis B dari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Senantiasa tetap waspada bahaya hepatitis mengintai kita
Diangkat dari seminar bulan K3 oleh dr.Handayani, MKK