Tfz9BSAlTfr7TSGlTUM5TfAlGA==

HAPIJIRA: Pemahaman Tentang Pencegahan Kecelakaan (Incident Prevention)

 

HAPIJIRA

Oleh: Agung Budiarto*

Banyak penyelenggaraan seminar atau pelatihan – pelatihan yang mengedepankan pada proses Investigasi, padahal seseorang akan lebih tajam dalam melaksanakan investigasi jika sudah paham akan proses bagaimana melaksanakan pencegahan insiden tersebut. 

Ada keuntungan ganda apabila kita mengenal dan memahami  bagaimana cara mencegah agar kecelakaan bisa kita minimalisir bahkan bisa dihindari.

Mengutip seminar yang yang diselenggarakan oleh salah satu provider, pada Jumat, 12 Januari 2024 lalu dengan narasumberya Ir. Alwahono (Direktur APKPI 2020 – 2024) menjabarkan Insiden Prevention adalah sebagai berikut:

Kecelakaan bisa berpotensi atau bahkan mengakibatkan kerugian pada, manusia, harta benda, produksi, waktu yang terbuang sia-sia, citra dan nama baik perusahaan, denda atau bahkan sampai ke ranah hukum. 

Dijelaskan pula bahwa untuk menuju kepada nir kecelakaan dibutuhkan road map atau jouney yang tahapannya dimulai dari kepatuhan terhadap regulasi dan standar sebagai minimum requirement (kebutuhan dasar), dilanjutkan kepada pemahaman terhadap manajemen risiko, penyusunan sistem manajemen, yang menghasilkan komitmen dan kepemimpinan yang baik, sehingga menciptakan keselamatan berbasis pada perilaku yang menuju kepada budaya keselamatan yang tentunya bisa melakukan pengendalian risiko atas pekerjaannya sampai pada risiko tersebut diterima. Maka dengan sendirinya akan menuju pada muara akhir yakni human performace atau kinerja karyawan yang berperilaku selamat. 

Dengan peningkatan performa karyawan terhadap keselamatan tentu saja akan berimbas kepada keefektivan kinerja yang muaranya adalah keberhasilan produktivitas.

Safety Journey to Zero Accident

HAPIJIRA

Pendekatan Pencegahan Kerugian Akibat Kecelakaan

Ada dua aspek yang mempengaruhi dalam proses terhadap pencegahan terhadap kecelakaan yaitu
Pendekatan secara strategik antara lain:
  1. Pendekatan terhadap visi dan misi yang lebih mengutamakan kepada pencegahan dibandingkan dengan mitigasi melalui Investigasi.
  2. Value atau nilai – nilai tentang keselamatan yang harus ditegakkan sebagai dasar fundamental terhadap perilaku manusia dalam hal ini semua karyawan dan terkecuali yang berlandaskan pada moral, kepatuhan dan kekuatan financial.
  3. Mindset yang konsisten selalu di gaungkan agar menggiring karyawan untuk fokus pada tujuan yang positif yang tujuannya agar senantiasa pada perilaku positif yang akhirnya bermuara pada pencapaian produktivitas sesuai dengan target dan harapan.
  4. Kebijakan Manajemen sebagai tonggak komitmen manajemen dalam menjalankan misi keselamatan sebagai tujuan utama dalam pencapaian produktivitas.
  5. Dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi  atas kinerja keselamatan melalui pelaksanaan tinjauan manajemen.


Pendekatan secara operasional

  1. Melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risko pada setiap aktivitas, proses, barang, jasa dll.
  2. Melakukan mitigasi atau kontrol terhadap risiko, dari risiko yang tidak bisa diterima sampai menjadi risiko yang dapat diterima
  3. Melaksanakan atau mengimplemantasikan dari Risk Mitigasi yang sudah disusun menjadi target, sasaran dan program keselamatan.
  4. Dan secara sistematis hasil implemantasi tersebut wajib dilakukan evaluasi tindak lanjut  lewat audit, inspeksi, obsevasi  agar tujuan sasaran program sesuai dengan apa yang direncanakan.

Pandangan para ahli dalam menetukan pendekatan model terhadap pencegahan kecelakaan. Terutama para ahli di bidang keselamatan berusaha menyusun strategi pencegahan kecelakaan yang diawali pada era revolusi indutri oleh Herbert William Heinrich. Dimana pada tahun 1931 HW. Heirich merumuskan model pencegahan kecelakaan melalui pendekatan domino, yang sekarang kita sebut sebagai early domino yang berbasis pada penyebab. 

Dimulai dari keterlibatan aspek sosial dan keturunan yang berdampak pada kesalahan manusia mengakibatkan terciptanya penyebab langsung yakni kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman merupakan penyebab langsung dari sebuah kecelakaan yang berujung pada kerugian, pendekatan ini berbasis pada perilaku.

Banyak pro dan kontra terhadap model yang di tulis oleh HW. Heinrich dikarenakan lebih cenderung menyalahkan individu terhadap kecelakaan yang terjadi dimana individu manusia sebagai objek terjadinya sebuah kecelakaan. 

Oleh karena itu model Domino Heinrich ini direvisi oleh Frank E Bird pada tahun 1970  dengan menambahkan kejadian dalam 3 bagian yakni pra kontak, kontak dan pasca kontak dimana pra kontak ini adalah tahapan pencegahan kontak, dimana terjadinya sebuah kecelakaan dan pasca kontak adalah tindakan mitigasi agar kecelakaan tersebut tidak menjadi lebih parah atau mengakibatkan kerugian yang besar.

Frank Bird melakukan pendekatan secara sistem dimana terjadinya sebuah kecelakaan diawali kurangnya kontrol dari manajemen yang berimbas pada penyebab dasar yakni faktor manusia dan pekerjaan yang akibatnya timbul kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman sebagai penyebab langsung terhadap sebuah kecelakaan. 

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang berdampak pada kerugian.dan masih banyak penerus para ahli dalam menyikapi terhadap pendekatan pencegahan kecelakaan seperti diagram isikawa yang popular dengan diagram tulang ikan sebagai dasar pencarian faktor penyebab dominan. 

Ada juga model SHELL oleh Hawkin yang kita kenal dengan teori miss mach yang terdiri dari  S= System, H= Hardware, E= Environmental dan L= Liveware dimana teori ini lebih banyak di pake dalam dunia penerbangan. 

Ada lagi pendekatan Swiss Cheese atau keju Swiss yang menitik beratkan sebuah kecelakaan itu adalah dikarenakan lemahnya sebuah barikade atau pertahanan. 

Dalam pemaparan seminar ASK tanggal 12 Januari 2024 Alwahono menerangkan bahwa pertahanan atau pencegahan kecelakaan ini lebih menitik beratkan pada analisa risk manajemen yang akurat dan komprehensif, yang disebut dengan kerangka penyelidikan Insiden/pencegahan kecelakaan berbasis pada risiko, dimana komponen di dalamnya ada keterlibatan organisasi, manajemen risiko keselamatan yang berdampak pada gejala symptom pada situasi dan kondisi, tindakan manusia dan kegagalan teknis. 

Jika organisasi berhasil dalam melakukan mitigasi risiko yang di awali dari at risk behavior, near miss maka dampaknya kecelakaan dapat dicegah namun sebaliknya jika organisasi gagal dalam melakukan mitigasi risiko maka akan terjadilah kerugian dikarenakan ada kecelakaan.

Contoh Kerangka Penyelidikan Insiden Berbasis Risiko
HAPIJIRA
Gambar diambil dari materi Allsys Sharing Knowledge, 12 Januari 2024

Dalam melakukan pendekatan terhadap pencegahan kecelakaan menurut Alwahono ada pendekatan yang di titik beratkan pada sikap kepemimpinan yang tangguh, di susun sebagai Framework Safety Resilient. 

Seperti yang tertera pada gambar dibawah ini terdapat pendekatan sebanyak 28 sebagai indikator utama dari 4 frame work utama yang terdiri dari kepemimpinan (leadershhip), organisasi dan system manajemen, kemampuan manuasia (Human Capability), dan terakhir adalah proses dan teknologi. Penjabaran dari 4 frame work utama yang di break down ke dalam 28 indikator utama bisa di lihat pada gambar dibawah ini:

Framework Safety Resilient

HAPIJIRA

Demikian pemapaparan HAPIJIRA minggu ini semoga bermanfaat dan bisa dijadikan salah satu referensi dalam usaha pencegahan terhadap kecelakaan. Terimakasih

*Penulis adalah Division Head Allsys Training Center.
**Materi tulisan dikutip disarikan dari kegiatan Allsys Sharing Knowledge oleh Ir. Alwahono MBA., MOHS