Tfz9BSAlTfr7TSGlTUM5TfAlGA==

Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan dalam Industri Pertambangan : Meningkatkan Kompetensi Pekerja

 

Safety Sharing Session


Bogor-Industri pertambangan Indonesia semakin berkembang pesat, tetapi dalam pertumbuhannya yang cepat, faktor keselamatan pekerja sering kali terlupakan. Karena itu sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh pekerja di sektor pertambangan memiliki kompetensi yang memadai untuk menjaga keselamatan di tempat kerja.

Demikian disampaikan Direktur Asosiasi Profesi Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI), Ir. Alwahono, MBA., MOHS, saat menyampaikan open speech pada kegiatan Safety Sharing Session Batch LVII dengan tema "Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Pertambangan" secara daring.  Rabu, 13 September 2023.

“Untuk memastikan kompetensi pekerja, langkah pertama adalah melihat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman mereka,” kata Alwahono, 

Sementara itu Senior Manager EHS PT Aglincourt Resources yang juga adalah Sekretaris DPP APKPI Bidang Pusat Data dan Informasi, Hari Ananto yang menjadi salah satu  narasumber pada kegiatan tersebut menyampaikan bahwa PT Aglincourt Resources yang beroperasi di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang bekerja berdasarkan Kontrak Generasi Ke IV (Keppres Nomor B-43/Pres/3/1997, tanggal 17 Maret 1997 silam sejak awal telah menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, mencegah cedera dan penyakit akibat pekerjaan.

“Penyebab kecelakaan utamanya adalah faktor manusia (88%), dengan faktor lingkungan (10%) dan faktor lainnya (2%) juga berperan. Penyimpangan perilaku yang seringkali muncul adalah hasil dari sifat manusia. Karena itu manajemen risiko dan kontrol yang efektif diperlukan untuk mengidentifikasi potensi masalah sebelum insiden terjadi,” kata Hari.

Pendidikan dan pelatihan berperan penting dalam menyiapkan standar kompetensi. Setelah insiden, dilakukan investigasi untuk mengidentifikasi apakah ada kekurangan kompetensi atau faktor lain yang berkontribusi pada kejadian tersebut.

Proses dimulai dengan membangun kesadaran (Awarness) dan kepedulian, yang diharapkan akan meningkatkan minat. Selanjutnya, dibangun kebutuhan (Need), diikuti dengan menghasilkan minat yang lebih kuat (Buy in), dan yang terakhir adalah menjaga keberlanjutan (Ownership) serta advokasi. Untuk memastikan kelancaran proses ini, diterapkan training compliance.

Berbagai jenis pelatihan termasuk pelatihan kerja di ketinggian, penggantian ban LV, uji SIMPER Forklift, serta sertifikasi pengoperasian perahu dan penyelamatan di air.

Sementara itu Direktur PT Allsys Training Center dan Anggota DPP APKPI Bidang Media dan Publikasi, Agung Budiarto. Menyampaikan bahwa kunci keberhasilan perusahaan dimulai dengan perencanaan, komunikasi, kerja tim, pelayanan yang luar biasa, pembelajaran, kepemimpinan, dan pengembangan. Ini adalah hal-hal yang perlu ditingkatkan. Untuk mengidentifikasi kekurangan kompetensi dalam sumber daya manusia perusahaan, perlu memberikan prioritas pada pengembangan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.

Proses pembentukan modul pelatihan melibatkan pengumpulan materi, penyimpanan dalam folder, dan distribusi melalui aplikasi IT. Perusahaan juga perlu memiliki media pembelajaran inovatif, seperti video yang legal, pembuatan materi/silabus, animasi sesuai topik pembelajaran, kalender pembelajaran, dan formulir pembelajaran lewat tautan.

Pelaksanaan pelatihan dipantau dengan menggunakan sistem pretest, post-test, dan ulasan melalui peta pikiran, presentasi tugas oleh peserta pelatihan, serta pengisian lembar evaluasi yang mencakup penilaian terhadap materi, pelatih, penyelenggara, dan fasilitas pelatihan. Selain itu, pemantauan dan evaluasi juga dilakukan pada penyedia/pemasok seperti penyedia gedung dan layanan catering, serta observasi dan verifikasi hasil kerja dalam workshop seperti penyusunan JSA/HIRA.

Dalam suasana pelatihan, dilakukan berbagai aktivitas "ice-breaking" dan "energizer" dengan tujuan menciptakan atmosfer yang penuh semangat, sehingga rasa bosan dan jenuh dalam proses pelatihan dapat dihindari.

Dalam konteks ini kata dia, sebuah kutipan yang relevan adalah: "Jika kita membuat rencana untuk satu tahun, taburkan benih padi; jika kita membuat rencana untuk satu dekade, tanamlah pohon; jika kita membuat rencana untuk seumur hidup, didiklah orang-orang."

Menurut Snr. Coord. Training & Sys Development PT Vale Indonesia, Deddi Iskandar Rasyid, penerapan aturan dan standar peraturan pemerintah melibatkan langkah-langkah seperti pengumpulan data dan informasi, termasuk identifikasi pekerjaan dan pekerja. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah penyusunan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan (TNA). Proses pendidikan dan pelatihan ini mencakup On the job training yang dilakukan di area kerja oleh pelatih atau pengawas internal, serta Off the job training yang dilakukan di luar area kerja oleh pihak pemerintah atau swasta. Selanjutnya, dilakukan pemantauan dan evaluasi program pendidikan dan pelatihan, yang mencakup evaluasi terhadap reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil akhir, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan peningkatan.

Deddi juga menekankan bahwa pengelolaan pendidikan dan pelatihan harus didukung oleh kebijakan perusahaan, karena ini adalah faktor penting dalam kesuksesan pelaksanaan program pelatihan.

Untuk melaksanakan program pelatihan dengan sukses, diperlukan ketersediaan sumber daya dan proses yang melibatkan personel pelatih, fasilitas, materi, prosedur, analisis kebutuhan pelatihan, dan sistem yang terintegrasi.

Pentingnya TNA (Training Need Analysis) adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang efektif, menentukan siapa yang memerlukan pelatihan tertentu, dan mengawasi pemenuhan pelatihan bagi setiap pekerja.

Type above and press Enter to search.