Tfz9BSAlTfr7TSGlTUM5TfAlGA==

HAPIJIRA : Dasar-Dasar Dalam Melakukan Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian

 

HAPIJIRA

Grafis & Text : Agung Budiarto *

Kembali HAPIJIRA menampilkan rangkaian materi 8 unit dalam pelatihan dan uji kompetensi pengawas perasional pertama. Salah satu yang sering menjadi hambatan para peserta uji kompetensi, terdapat kesulitan bagi peserta dalam menjelaskan apa yang dimaksud bahaya dan risiko.

Definisi dari bahaya adalah :  Sesuatu yang berpotensi mengakibatkan kerugian, kerugian disini bisa diartikan sesuatu yang mempunyai potensi terhadap kecelakaan dapat berupa barang, proses, perilaku, aktivitas atau hal yang lainya. Sedangkan risiko adalah; kemungkinan terjadinya cidera, kerusakan alat atau proses dikarenakan adanya dua bahaya atau lebih. 

Konsep dari sebuah pengelolaan keselamatan adalah; bahwa setiap bahaya dan risiko jika tidak dilakukan kontrol maka bahaya dan risiko tersebut bisa bergerak liar tanpa terkendali yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu untuk mengendalikan energi yang tidak terkendali tersebut diperlukan serangkaian kontrol yang kita kenal dengan istilah HIRARKI kontrol.

HIRARKI kontrol adalah upaya pengendalian yang terukur terdiri dari : 
Engineering atau rekayasa ( pengendalian Utama / Tertire ) terdiri dari       
  • Eliminasi / menghilangkan bahayanya
  • Subtitusi / Penggantian bahan, perlatan, proses, energi yang lebih aman.
  • Isolasi / pemisahan / Separation
Administrasi adalah pengendalian yang lebih difokuskan kepada perilaku manusia, variasi proses manajemen dapat untuk mengendalikan pengaruh bahaya seperti: pemilihan staff, pembatasan jam kerja, program pemeliharaan, prosedur pembelian. dll

Work Practice / praktek kerja ; Langkah ketiga ini merupakan agak sedikit langkah akhir dan tidak memberikan tingkat kepastian yang tinggi bahwa bahaya akan dapat terkendali seluruhnya. Tipe kontrol ini berhubungan dengan ringan dan risiko sisa (Minor & Residual Risk). Kontrol disini termasuk praktek kerja sesuai dengan prosedur yang tepat dan melakukan pelatihan (training) untuk memastikan bahwa para pekerja mengetahui: bagaimana mengenal dan menghindari bahaya bagi kesehatan maupun keselamatan.

APD atau alat pelindung diri ; APD tidak pernah menjadi kebijakan yang pertama atau kedua dalam kontrol bahaya di tempat kerja. Bahaya harus dihilangkan dengan kebijakan kontrol pertama, kedua, dan ketiga sedangkan APD digunakan sebagai suatu kemungkinan/kebetulan dari metode kontrol langkah terakhir atau pengendalian pada risiko sisa

HAPIJIRA

Penilaian Risko
Penilaian risiko ditentukan atau di hitung dengan matrik perkalian antara Kemungkinan (Likelihood) berbanding dengan keparahan (Severity), bisa dilihat dari contoh matrix dibawah ini.

HAPIJIRA

Kita ambil salah satu contoh skenario seseorang bekerja diketinggian menara karena ada penyambungan instalasi, bahaya yang signifikan adalah orang atau pekerja tersebut bekerja dalam kondisi bahaya apalagi dalam keadaan mendung, risikonya ada kemungkinan pekerja tersambar petir dan terjadi kontak antara petir dan pekerja yang mengakibatkan kematian. Maka secara HIRARKI kontrol yang paling efektif adalah eliminasi dengan menghentikan pekerjaan tersebut sehingga pekerja terhindar dari kematian karena tersambar petir. Jika kita amati dari matrik diagram bahaya risiko bekerja di ketinggian dalam kondisi cuaca mendung maka Likelyhoodnya (kemungkinanya ) bernilai 5 sangat mungkin terjadi dan keparahannya severitynya 4 atau 5 dalam hal ini bisa terjadi major atau kematian maka penetapan pengendalian yang paling efektif adalah mengeliminasi bahaya dengan menghentikan pekerjaan.

Deskripsi dari nilai kemungkinan tersebut di urutkan antara nilai 1 sampai dengan 5 dengan penjelasan sebagai berikut.
HAPIJIRA

HAPIJIRA


HAPIJIRA

Dalam proses Identifikasi bahaya dan penilaian risiko wajib dilakukan review atau tinjauan ulang mengingat adanya perubahan operasi, perubahan personal, perubahan peralatan yang bisa menimbulkan bahaya dan risiko baru atau bahkan sebaliknya. Pengkajian / penilaian ulang menjadi kebijakan yang baik apabila dilakukan secara berkelanjutan, misalnya setahun sekali.

Didalam penjelasan HAPIJIRA ini tentulah kurang lengkap, perlu adanya pelatihan – pelatihan dalam menyusun IBPRPP yang lebih sempurna dan tentunya akan dapat menentukan pengendalian – pengendalian yang lebih akurat. 

“KECELAKAAN TERJADI SUMBERNYA BISA DARI KEGAGALAN SAAT MENGIDENTIFIKASI BAHAYA, MENILAI RISIKONYA DAN MENETAPKAN PENGENDALIANNYA"

*Penulis adalah anggota DPP APKPI bidang Media dan Komunikasi

Type above and press Enter to search.