Tfz9BSAlTfr7TSGlTUM5TfAlGA==

Mining Safety Perspective : Penjahit atau Penjahat?

 

News

 Oleh: Desri Hanifah 

Penjahit yang mendapat penjahat, kata-kata tersebut saya dengar pada pembukaan mata kuliah Pengantar Pertambangan pada saat duduk di semester 5 perkuliahan. Seorang penambang diibaratkan sebagai seorang penjahit. Dalam proses kerjanya, penjahit harus membuat rencana baju seperti apa yang akan di buat, desain dan pola yang akan di gambar pada kain, proses pengguntingan, proses penjahitan, proses perapihan, dan proses menambahkan nilai tambah pada baju yang dijahit seperti menambahkan kancing, manik-manik atau pita dan lain sebagainya. Setelah proses penjahitan selesai, sisa kain harus juga di urus, jika pengguntingan efisien, maka kain sisa masih memiliki lebar dan bentuk yang baik. Dan hal tersebut dapat memungkinkan kain memiliki nilai ekonomis sebagai bentuk produksi kedua, kain dapat dimanfaatkan menjadi sapu tangan, konektor masker, pita-pita hiasan dan lain-lain. 

Tetapi jika pembuatan pola sudah tidak memiliki perhitungan yang baik dan efisien, maka proses pengguntingan kain tidak akan efisien dan cenderung serabutan sehingga kain tidak termanfaatkan dengan baik. Bahkan dapat terjadi penambahan kain untuk di sambung dengan kain utama, sehingga biaya yang diperlukan lebih tinggi dan baju terlihat tidak elok. Maka dapat dikatakan penjahit menjadi penjahat jika tidak memiliki rencana yang baik, matang dan efisien untuk mengubah kain berharga menjadi pakaian yang layak dan bernilai jual tinggi. 

Demikian pula pada pertambangan, diperlukan perencanaan yang baik untuk menciptakan harmoni yang serasi antara kegiatan penambangan dengan lingkungan hidup sehingga tercipta kualitas hidup yang aman, sehat, nyaman dan lestari. Penerapan keseimbangan lingkungan hidup dalam industri pertambangan seharusnya berpegang kepada satu hal yakni sustainabiliti atau keberlanjutan. Dan hal ini dapat dicapai apabila perencanaan yang matang dan baik diperuntukkan untuk jangka waktu yang panjang meskipun operasional pertambangan sudah berakhir. 

Pernah bekerja di site area yang baru akan berjalan membuat saya belajar banyak hal untuk menuju pertambangan yang berkelanjutan terhadap lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup pada pertambangan dapat dibagi menjadi beberapa kantong pengelolaan diantaranya, pengelolaan limbah air asam tambang (AAT), pengelolaan limbah B3 dan Non-B3, pengelolaan limbah domestik, penyediaan air bersih dan sanitasi, lingkungan kerja, pemberdayaan flora dan fauna.

Pada tahap awal dilakukan kegiatan pertambangan selalu di awali dengan kegiatan eksplorasi. Pada tahap ini sebaiknya dilakukan pengambilan conto pengeboran yang akan dijadikan sampel untuk mengetahui persebaran dan lapisan Potential Acid Form (PAF) dan Non-potential Acid Form (NAF). Kemudian dilakukan gambaran rencana desain penambangan dan peletakan tanah pucuk juga overburden (OB) agar nantinya peletakan overburden yang berpotensi membentuk air asam tambang dapat dilapis dengan tanah yang tidak berpotensi air asam tambang. Sehingga air lindi dari area penimbunan akan lebih ringan konsentratnya. 

Kemudian untuk pembangunan kolam pengendapan dan pengelolaan air asam tambang dapat direncanakan menggunakan mix treatment dengan perlakuan aktif(menggunakan bahan kimia jika baku mutu pada kolam pemantauan belum mencapai batas yang dibolehkan) dan menggunakan perlakuan pasif (constructed wetland dengan bahan organik). Penyediaan bahan organik sendiri dapat diperoleh dari kotoran ternak seperti sapi, kambing, dan ayam. Hal ini memungkinkan perusahaan merencakanan pembuatan peternakan skala kecil-sedang melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Sehingga bahan-bahan organik yang dibutuhkan tersedia, pemberdayaan terhadap masyarakat pun dapat tercapai dan memberikan keahlian baru bagi masyarakat. 

Selain hal tersebut diatas, lingkungan kerja dan lingkungan bagi sarana penunjang pun tidak kalah penting untuk menciptakan lingkungan yang selaras dengan manusia dan menimbulkan rasa aman, nyaman dan sehat. Pada aspek lingkungan kerja sendiri, karyawan yang bekerja harus di minimalkan dampaknya atau dihindarkan dari beberapa bahaya yang bersumber dari debu, kebisingan, getaran, pencahayaan, kuantitas dan kualitas udara kerja, iklim kerja, radiasi, faktor biologi, faktor kimia, faktor psikologis, dan kebersihan lingkungan kerja. 

Pada sarana dan prasarana penunjang seperti mess dan kantin perlu juga di kelola dengan baik dan benar. Penyediaan air bersih dan sanitasi bersih adalah hal yang sering kurang tertangani dengan baik pada remote area. Penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan Sewage Treatment Plant (STP). Akan tetapi sering tidak maksimal misalkan warna masih keruh. Apabila air yang digunakan air sungai, dapat di treatment pada kolam pengendapan dengan menggunakan tanaman rawa melalui constructed wetland dengan sistem kolam berkelok sehingga pengandapan terjadi tanpa bantuan bahan kimia, dan dipasang filter air alami dengan memperhatikan debit air tidak terlalu cepat. Juga dapat dilakukan pemanenan air hujan meskipun cara ini harus menyediakan tempat penampungan air hujan seperti water tank dengan ukuran besar dan treatment agar pH netral. 

Pengelolaan sampah domestik pada kegiatan kantin untuk penyediaan makan karyawan juga tidak kalah penting. Sampah yang dihasilkan dari dapur harus dilakukan pemilahan untuk selanjutnya dibuat kompos atau nutrisi tanaman. Hal ini memungkinkan untuk membuat kebun organik kecil pada area mess sehingga tersedia penunjang pangan dan lingkungan yang lebih hijau. Contoh pemilahan sampah dapur misalnya: 

Sampah kulit telur dapat dikeringkan dan dihaluskan dengan blender dan digunakan untuk nutrisi tanaman;
Sampah kulit bawang merah dan putih dapat direndam untuk nutrisi tanaman;
Air cucian beras dapat digunakan untuk nutrisi tanaman;
Minyak goreng sisa (minyak jelantah) dapat dijadikan sabun dengan cara direndam dengan arang selama 24 jam dan selanjutnya diolah dengan menambahkan bahan kimia soda api (NaOH) dan diberikan fragrance oil. Sabun ini hanya dapat digunakan untuk mencuci piring atau lap dapur, tidak direkomendasikan untuk mencuci wajah. 

Sampah sisa sayuran dan buah serta sisa makanan dapat dijadikan kompos cair dengan melakukan penyimpanan pada wadah khusus pupuk dan diberi sampah kering (daun-daun kering yang jatuh) dan diberi bioaktivator. Pupuk yang akan terbentuk berupa pupuk cair (air lindi kompos) dan pupuk padat yang terjadi dari pembusukan sayur atau sisa makanan dan seresah.

Kebun organik tidak hanya di isi dengan tanaman sayur dan buah saja, tetapi harus terdapat tanaman bunga seperti marigold, telang, dan sebagainya, hal tersebut untuk penghalau hama serangga sehingga tidak merusak tanaman sayur dan buah. Tersedianya kebun organik juga dapat melibatkan karyawan untuk mengurus kebun sehingga ada kegiatan tambahan lain untuk melepaskan kepenatan kerja. Pemberian makanan pada karyawan dilapangan khususnya dapat melakukan distribusi makanan menggunakan wadah yang bukan sekali pakai agar sampah plastik dapat diminimalkan dan jika ada sisa makanan dapat dijadikan kompos.

Untuk pengelolaan limbah B3 sendiri dapat dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga atau pengolah limbah yang harus diketahui dimana lokasi pengelolaan dan bagaimana proses pengelolaan, sehingga perusahaan mengetahui kemana limbah B3 yang dihasilkan akan berakhir. Limbah non-B3 seperti ban bekas dapat di bentuk menjadi kursi dengan menambahkan kain pada tengah ban atau dijadikan area tanam pada kebun organik, dan dijadikan hiasan disekitar mess dan kantor. Ban bekas juga dapat dijadikan penahan erosi pada drainase yang menuju kolam pengendapan air.

Reklamasi tambang merupakan tahap akhir dari penambangan, akan tetapi persiapan yang dilakukan untuk reklamasi sudah harus disusun sejak tambang akan melakukan aktivitas. Mengetahui jenis flora dan fauna endemik menjadi penting karena data tersebut akan menjadi acuan untuk membangun kembali keanekaragaman hayati pada saat reklamasi berlangsung. Selain mementukan jenis flora dan faunanya, mempersiapkan sumber pakan dan air bersih yang memadai untuk keberlangsungan hewan dan tumbuhan juga hal yang penting agar kondisi kesehatan tanaman dan hewan dapat terjaga secara mendiri. Hal ini juga dapat menjadi pendorong untuk menerapkan pengelolaan air asam tambang secara berkelanjutan dengan pasif treatment, karena jika tambang telah selesai dan ditutup siapa yang akan memberikan kapur dan tawas untuk menetralkan air yang masih terkontaminasi asam dari void terutama yang tidak di tutup kembali. Salah satu contoh berhasil menerapkan passive treatment berada pada salah satu tambang di South Wales-United Kingdom yang meskipun telah ratusan tahun di tutup, tetapi air keluaran yang melalui constructed wetland dapat tetap jernih. 


News

Pengelolaan lingkungan hidup diatas adalah sudut pandang yang saya dapatkan dari kombinasi antara pengalaman dan pengetahuan untuk terpenuhinya aspek-aspek lingkungan hidup yang ada di industri penambangan selama aktivitas berlangsung. Dan saya yakin masih banyak aspek dan pandangan lain terkait lingkungan hidup. Banyak orang yang memandang pertambangan sebagai hal yang buruk dan serakah, tetapi mereka lupa barang-barang yang menunjang kehidupan hariannya tidak lepas dari produk tambang. Maka dari itu, yang dapat kita lakukan adalah menjadi penjahit yang baik dan kompeten, bukan berperan sebagai penjahit yang menjadi penjahat. Kembangkan ilmu pengetahun dan wawasan, mulai lah dengan langkah kecil untuk sebuah perubahan yang besar agar lingkungan hidup yang aman, nyaman, sehat dan lestari dapat tercipta untuk manusia di masa ini dan yang akan datang. 

*Penulis adalah Program Officer – Women in Mining and Energy (WiME) Indonesia


Type above and press Enter to search.