MINESAFETY -- Pengelolaan perencanaan atau desain geoteknik pertambangan yang tepat di tambang terbuka dan bawah tanah dalam mengelola pergeseran lereng tambang dapat menekan potensi risiko kecelakaan kerja dan kerusakaan alat kerja yang fatal.
Supaya lereng tambang tidak menjadi penyumbang kecelakaan kerja, pemerintah menaruh perhatian geoteknik tambang di Keputusan Menteri ESDM RI No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik, geoteknik tambang adalah pengelolaan teknis pertambangan yang meliputi penyelidikan, pengujian contoh, dan pengolahan data geoteknik serta penerapan rekomendasi geometri dan dimensi bukaan tambang, serta pemantauan kestabilan bukaan lereng.
Mine Geotechnical Expert-PT Pamapersada Nusantara, Frantan Butar Butar mengatakan kebutuhan geoteknik pertambangan di Indonesia sangat penting karena formasi batuan mayoritas relatif muda. Faktor lain, Indonesia memiliki lempeng tektonik dan vulkanik yang rawan menyebabkan gempa bumi.
Selain itu, lanjut Frantan yang juga Anggota Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) dan Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini menyebutkan tantangan aktivitas pertambangan di Indonesia seperti curah hujan di Indonesia yang tinggi mencapai 2000 - 3000 mm per tahun yang membuat tantangan.
"Kalau di Australia curah hijan di sana 200 mm per tahun, kecil dan gempa minim. Tantangan tambang di Indonesia juga karena sebaran material dominan di soft soil atau rawa," kata Frantan, dalam Safety Sharing Session (S3) Asosiasi Profesi Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI), pada Rabu (5 Oktober 2022) lalu.
Webinar S3 APKPI yang dibuka dengan kata sambutan dari Sekjen APKPI Ade Kurdiman itu dimoderatori oleh Agung Sarono, Sekretaris APKPI Bidang Peningkatan Kompetensi Profesi sekaligus Division Head GAE & HSE PT Saptaindra Sejati.
Frantan Butar Butar, Mine Geotechnical Expert-PT Pamapersada Nusantara. |
Dengan tema berjudul Geotechnical Safety in Mining, Frantan mengutarakan alasan geoteknik dibutuhkan dalam setiap aktivitas pertambangan karena semakin dalam ke perut bumi maka potensi risiko kecelakaan semakin besar. Alih-alih mengeruk peningkatan kebutuhan konsumsi produk tambang baik batubara dan mineral tetapi mengabaikan kecelakaan kerja.
Geoteknik tambang, terang dia, juga dibutuhkan karena ada tekanan untuk mengurangi nilai stripping ratio (SR) atau dalam aktivitas pertambangan adalah metode penggunaan penyangga untuk endapan material tidak terlalu dalam. Dalam penambangan terdapat masa batuan yang dibongkar alias tanah lapisan yang menutup cadangan batubara atau material.
"Pergeseran lereng tambang karena faktor penyebab internal seperti perekahan, pelapukan masa usia batu, dan erosi. Penyebab eksternalnya perubahan geometri lereng," ujarnya.
Menurutnya, suatu wilayah-wilayah tertentu seperti di Bogor atau di Padang bisa terjadi pergeseran tanah apalagi di kawasan pertambangan yang kestabilan tanah terganggu karena aktivitas tambang. Pergeseran lereng juga muncul karena adanya beban alat berat atau peledakan, gempa dan hujan.
"Paradigma dulu mengatakan kecelakaan tambang adalah 88% faktor manusia, 10% alam dan sisanya kehendak Tuhan. Tetapi sekarang 100% harus dikendalikan manusia.
Ade Kurdiman mengatakan dengan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang geoteknik tambang dapat mengelola kecelakaan lebih dini sehingga tidak terjadi fatality dan kerusakan prasarana kerja.
"Banyak kasus-kasus, aktivitas pertambangan yang penyebabnya longsoran. Maka webinar S3 ini penting untuk mendalami pengetahuan dalam penerapan geoteknik di lapangan. Saya sendiri penasaran dengan materi geoteknik tambang," terang Ade.