(Dari atas) Eko Gunarto, Retno Nartani, Alwahono, Agung Budiarto dan Cep Ahmad Muladi. Foto: APKPI |
MINESAFETY -- Bergumul dalam industri pertambangan dengan risiko kecelakaan tinggi menuntut munculnya individu-individu berjiwa kepemimpinan yang mumpuni supaya senantiasa mewujudkan zero fatality.
Direktur Asosiasi Profesi Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI) Alwahono pada webinar Sharing Session Safety (S3) mengatakan leadership atau kepemimpinan selama menjalankan prinsip komitmen di perusahaan tambang dinilai efektif mengurangi kecelakaan pertambangan.
"Kalau leadership [kepemimpinan] berkualitas baik maka insiden kecelakaan menurun. Begitu pula, leader-nya (pemimpin) komitmen maka dia akan menjadi contoh bagi yang lain sehingga tercipta perilaku aman di tempat kerja. Komitmen yang dijaga itu dapat membangun kultur atau budaya dan akhirnya terhindar dari insiden apapun dan produksi tercapai," kata Alwahono, para Rabu (7 September 2022) malam.
Hal itu disampaikan Alwahono yang juga penulis buku Resilient Safety Leadership (RSL) pada dihadapan para peserta webinar bertemakan 'Peran Leader dalam Mengelola Perubahan Perilaku'. Webinar yang dimoderatori Agung Budiarto itu menghadirkan pembicara Retno Nartani selaku Direktur HSE Sinarmas Mining Group dan Eko Gunarto sebagai Pengawas APKPI.
Alwahono mengatakan salah satu upaya pemimpin dalam mengubah perilaku individu supaya tindakan di tempat kerja senantiasa aman yakni dengan menerapkan ATOM, singkatan dari Ability, Threat, Opportunity dan Motivation.
"Di tempat kerja, motivasi karena ada ability atau pengetahuan, motivasi karena ada opportunity atau kesempatan, kemudian motivasi karena terdorong oleh tantangan yang anda hadapi saat ini atau threat. Itu yang disebut dengan ATOM [singkatan]," ujarnya.
Dengan ATOM, lanjut Alwahono, seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan dapat mempengaruhi (konstruktif) orang lain agar korperatif bersama-sama mencapai tujuan yang sudah menjadi rencana perusahaan. Pemimpin ini mampu berkomunikasi dengan baik, mendengarkan, memfasilitasi kebutuhan kelompok, mudah ditemui, dipercayai, jujur dan melihat tujuan masa depan.
"Kalau pemimpin walau dia seorang manajer tapi punya jiwa kepemimpinan itu keren banget. Operator bisa mempengaruhi operator lain, seorang leader bisa mempengaruhi leader banget. Itu keren banget," kata Alwahono.
Serupa dengan prinsip ATOM, Retno Nartani mengatakan pemimpin itu bukan sekadar memiliki anak buah tetapi dia juga perlu menghadirkan pengikut atau follower kuncinya adalah meningkatkan kompetensi, agility, kapasitas karyawannya. Pemimpin mengingatkan kepada karyawannya motivasi bekerja di perusahaan itu.
"Ada motivasi, tujuan bekerja pada 5 tahun ke depan apa? ada yang ingin jualan mie godok, punya kost-kostan, mengumrohkan atau membiayai haji orang tua, berlibur bersama keluarga. Kalau pemimpin menanyakan kepada karyawan mau tidak menghadapi tantangan dari biasanya maka itu motivasi tadi bisa mampu [terwujud 5 tahun lagi], asalkan dilakukan terus menerus dan menjadi biasa," kata Retno.
Dalam dunia pertambangan dengan risiko kecelakaan tinggi, menurutnya, motivasi bekerja juga terkait dengan keselamatan atau safety. Apabila karyawan dan pemimpin perusahaan tidak peduli dengan keselamatan karena minim motivasi berdampak kecelakaan kerja.
Retno mengutarakan tambang di Indonesia merdeka dari kecelakaan kerja menyebabkan korban jiwa meninggal dunia. Dia menjelaskan walau sudah ada ribuan peringatan SOP ditempel di setiap lokasi tetapi masih terjadi kecelakaan itu berarti faktor manusia.
"Sebagai pemimpin, jalan satu per satu temui karyawan. Tanya kepada mereka, apa dia tahu bahaya, tahu tidak ada SOP, tahu risiko bekerja. Safety juga bukan satu pihak saja, harus semua pihak saling mengingatkan," kata Retno.
Pengawas APKPI Eko Gunarto mengatakan pemimpin atau karyawan suatu organisasi harus belajar beradaptasi dengan kondisi terkini agar tidak tertinggal apalagi dalam industri pertambangan.
"Sampai sekarang saja masih ada beberapa leader yang tidak bisa akses link zoom. Ada yang tidak bisa ikut POP (Pengawas Operasional Pertama) dan POM (Pengawas Operasional Madya) karena gaptek teknologi. Dengan menguasai teknologi dapat mengendalikan bisnis berkelanjutan dan beradaptasi artinya pemimpin resilient/tangguh menghadapi setiap tantangan," ungkap Eko.