Penulis: Yanuarius Viodeogo Seno
MINESAFETY
-- Mahasiswa lulusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) punya
kesempatan besar bekerja di industri pertambangan yang padat modal,
padat karya, padat teknologi, risiko tinggi dan dinamis jika mau
mendalami wawasan Keselamatan Pertambangan maka harus memahami K3 dan
Keselamatan Operasional sejak dini.
Direktur Asosiasi Profesi
Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI) Alwahono mengatakan hal itu
sebab sektor industri pertambangan mempunyai karakteristik yang berbeda
daripada industri lain sehingga tidak hanya membutuhkan wawasan ilmu K3
saja tetapi tetapi pengetahuan tetang keselamatan operasi pertambangan
yang berbasis pula pada produktifitas kerja.
"Saat terjun di
dunia kerja terutama pertambangan mesti mempunyai kapabilitas dan
pengetahuan yang baik, seperti memahami pertambangan sebagai bisnis yang
memiliki risiko tinggi, padat modal, padat karya dan padat teknologi.
Keselamatan pertambangan (KP) tidak hanya berorientasi pada K3 tetapi
juga KO (Keselamatan Operasional). Tujuan KP tidak hanya agar pekerja
sehat dan selamat tetapi juga terciptanya operasional pertambangan yang
aman, efisien dan produktif. Pekerja sehat bisnis lancar," kata Alwahono
juga sebagai Managing Director PT Alsys Solutions.
Hal itu
disampaikannya dalam webinar Sharing Knowledge bertemakan 'Peran
Keselamatan Pertambangan Dalam Mewujudkan Zero Incident di Tempat Kerja
Pertambangan Batubara' yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan Teknologi, Universitas Binawan bekerjasama
dengan APKPI, pada Sabtu (23 Juli 2022) siang.
Selain
Alwahono, narasumber lain adalah Presiden Direktur SHE Care Indonesia
juga Ketua APKPI DPW Jawa Eddy Suprianto dan Ketua Bidang Humas APKPI
sekaligus Direktur PT Jaya Pasific Solution, Johannes P H Simanjuntak.
Hadir hampir 90-an mahasiswa/i dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan
Teknologi UNIBA, dan dari universitas lain serta perusahaan.
Dalam
keselamatan pertambangan, lanjut Alwahono, mesti memiliki bekal wawasan
yang kompleks mulai dari memahami aspek keselamatan di ekplorasi,
operasi produksi, konstruksi, sampai keselamatan pengolahan. Selain itu,
dia menambahkan mesti memiliki diri untuk kemampuan menggali informasi
atau data yang dibutuhkan oleh perusahaan, mampu berkampanye keselamatan
pertambangan hingga penyuluhan pertambangan.
"Berbicara
pertambangan tidak hanya K3 saja, di pertambangan ada Keselamatan
Pertambangan mencakup keselamatan kerja, kesehatan kerja dan lingkungan
kerjanya. Satu lagi komponen besar yakni Keselamatan Operasional
menjaga, merawat dan memelihara sarana prasarana. Contoh kecil,
bayangkan saja di pertambangan itu, ada satu alat yang harganya Rp10
hingga Rp20 miliar yang harus dijaga alat itu. Bagaimana kalau rusak dan
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja?" ujarnya.
Alwahono
menegaskan bahwa keselamatan harus 100 % dan 99% sama dengan nol maka
mengelola keselamatan tidak boleh lalai, sebagai contoh 10 tahun bekerja
aman, namun sekali insiden nyawa bisa melayang.
Sementara itu,
Alwahono memuji Universitas Binawan yang menggabung Ilmu Kesehatan dan
Teknologi sebagai fakultas sehingga tidak semata-mata menempatkan K3
saja tetapi berpikir jauh ke depan tentang teknologi sebagai unsur utama
dalam K3.
Para peserta webinar 'Peran Keselamatan Pertambangan Dalam Mewujudkan Zero Incident di Tempat Kerja Pertambangan Batubara' |
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Teknologi, Mia Srimiati menyatakan senang dengan diskusi webinar yang mengangkat topik keselamatan pertambangan. "Komoditas ini (batubara) sebagai andalan ekspor Indonesia dan merupakan industri padat karya sehingga orang-orang yang terlibat di dalam industri ini harus memperhatikan keselamatan. Semua harus selamat. Maka dari itu K3 sangat penting, pegawainya sehat, kesehatannya diperhatikan," tutur pengajar alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Mia menegaskan keselamatan bukan tanggung jawab satu pihak saja tetapi berbagai pihak, misalnya manajemen suatu perusahaan yang menerbitkan kebijakan K3 tetapi manajemen juga memastikan dan mengawasinya supaya aturan itu berjalan dengan baik.
Presdir SHE Care Indonesia Eddy Suprianto mengatakan mahasiswa K3 mesti mulai memupuk jiwa kepemimpinan sejak dini sehingga saat berkecimpung di dunia K3 khususnya ingin keselamatan pertambangan, tidak lalai bekerja dan peka melihat potensi-potensi kecelakaan.
"Apabila ada low risk pun harus tetap ada SOPnya supaya tidak ada kecelakaan sekecil apapun. Sebab K3 itu diajarkan sejak dini, di sejumlah negara sudah diajarkan sejak taman kanak-kanak untuk menanamkan karakter kesehatan. Khusus di Indonesia, teman-teman K3 [mahasiswa] sebagai future leadership (pemimpin masa depan) anda yang memimpin. Mari, terus mengikuti perkembangan teori keselamatan dan kesehatan kerja terbaru, jangan ketinggalan jaman," kata pria yang sering dipanggil coach Eddy ini.
Pandangan serupa datang dari Johannes PH Simanjuntak yang meminta bagi siapapun saat terjun dalam dunia pertambangan harus fokus terhadap safety karena jika tidak maka akan sering terjadi kecelakaan.
"Masalah safety di pertambangan itu harus peduli, risiko manajemen dalam pertambangan sangat penting. Saya punya pengalaman masuk ke dalam satu perusahaan, pada tahun sebelumnya terjadi kecelakaan fatal kemudian selama setahun saya bekerja tidak terjadi kecelakaan lagi," kata Johannes.
Agar tidak terjadi kecelakaan, dia mengatakan manajemen perusahaan mau melihat potensi seseorang yang punya jiwa menjadi pemimpin yang peduli keselamatan. Jangan malah perusahaan, kata Johannes, tidak komitmen terhadap keselamatan maka safety tidak berguna akhirnya banyak terjadi kecelakaan.
"Paling penting komitmen, jangan sekadar mencari reward dalam keselamatan pertambangan. Kalau kalian ditunjuk sebagai ketua organisasi di kampus maka yang dituntut adalah komitmennya supaya target program dalam hal ini keselamatan tercapai," ujarnya.
Johannes mengatakan HSE itu bukan sampai pada pimpinan tertinggi saja tetapi manajer hingga level jabatan dan staf paling rendah mau berkomitmen dan akhirnya konsisten menjalankan aspek keselamatan.